Rabu, 04 Februari 2009

Ngenteg Linggih di Pura Manik Mas Besakih

Upacara Pamelaspas, Nubung Pedagingan dan Ngenteg Linggih di Pura Manik Mas
Selain kegiatan persembahyangan sehari-hari, kegiatan ritual terbesar yang dilaksanakan di Pura Manik Mas adalah melakukan upacara Nyenuk sebagai rangkaian dari upacara tingkatan pamelaspas agung, nubung pedagingan dan ngenteg linggih yang dilaksanakan di seluruh pakideh Pura Agung Besakih.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan umat melakukan persembahyangan dan juga dalam rangka menyongsong Karya Tawur Agung Panca Bali Krama pada bulan Maret 2009, telah dilakukan pemugaran Pura Manik Mas Besakih sehingga mampu menampung kegiatan ritual di pura tersebut. Kegiatan pemugaran Pura Manik Mas telah selesai dilaksanakan oleh pangempon (Pemerintah Kabupaten Jembrana dan pemaksan Ulun Kulkul) pada tahun 2007 serta telah pula dilaksanakan upacara Pamelaspas Alit.
Menyongsong pelaksanaan Tawur Agung Panca Bali Krama yang akan dilaksanakan bulan Maret 2009, di Pura Manik Mas Besakih akan dilangsungkan upacara Pamelaspas, Nubung Pedagingan lan Ngenteg Linggih yang diselenggarakan sejak tanggal 2 hingga 26 Februari 2009 sehingga secara sekala dan niskala, kawasan Pura Manik Mas dipandang telah suci dan siap melaksanakan upacara nyenuk serangkaian dengan Tawur Agung Panca Bali Krama.
Semoga dukungan dan bhakti umat Hindu menjadikan pelaksanaan upacara di Pura Manik Mas terselenggara sesuai rencana dan Ida Hyang Widhi Wasa berkenan melimpahkan kedamaian serta kesejahteraan bagi alam semesta.

1. Rapat Panitia dan Upacara Negtegang
Sebagai rangkaian pertama upacara Pamelaspas, Nubung Pedagingan dan Ngenteg Linggih di Pura Manik Mas Besakih, pada tanggal 3 Februari 2009 dilakukan kegiatan Ngawit Ngewangun Wewangunan Upacara di Jaba pura.
Rangkaian kedua adalah Ngaturang Pamiut, Negtegang, Ngingsah, Nyangling lan Ngunggahang Sunari yang dilaksanakan hari ini Buda Pon Tolu, Rabu 4 Februari 2009 siang hari jam 12.45 hingga 14.59 wita. Sebelum upacara, sekitar jam 10.50 dilaksanakan rapat Panitia Karya yang terdiri dari unsur Pemkab Jembrana dan Pemaksan Ulun Kulkul selaku pangempon.
Ritual pokok dari rangkaian kedua ini adalah Ngingsah Beras (empat warna – lambang catur lokapala) oleh Wiku Tapini (pemimpin ritual untuk pembuatan jenis upakara/sajen) Ida Pedanda Istri Karang dari Griya Sibetan, Karangasem. Beras empat warna (putih, kuning, merah dan hitam, secara bergantian dicuci bersih kemudian ditata menyerupai sosok manusia yang kemudian dilengkapi dengan uang kepeng, beberapa jenis rempah-rempah dan kwangen. Usai menata beras tersebut (ngareka beras) Ida Pedanda Istri Karang melakukan pemujaan di Bale Pawedaan dilanjutkan dengan persembahyangan bersama dan diakhiri dengan murwa daksina (berputar searah jarum jam) mengelilingi bangunan palinggih yang difungsikan sebagai Bale Panegtegan. Beras empat warna yang telah ditata itu kemudian ditempatkan di ruang Bale Panegtegan selama berlangsung karya hingga upacara akhir berupa panyineban.
Pada hari ini dilangsungkan pula upacara majaya-jaya bagi seluruh panitia (pengyah yang akan terlibat langsung dalam pelaksanaan seluruh rangkaian upacara. Hal ini dimaksudkan agar seluruh pengayah tersebut terbebas dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan kotor yang dipandang akan menodai kesucian upacara.


Keterangan Foto (dari atas ke bawah):
Foto 1: Pengayah mempersiapkan sarana upakara pada upacara Negtegang.
Foto 2: Ida Pedanda Istri Karang selaku Wiku Tapini sedang menata beras empat warna (ngareka beras).
Foto 3: Klian Desa Adat Besakih selaku Ketua Panitia Karya Ngenteg Linggih Pura Manik Mas Besakih sedang memberi penjelasan seputar upacara didampingi oleh Kabag Ekbang Pemkab Jembrana, Gusti Mangku Jana dan panitia lainnya.
Foto 4: Rapat Panitia di Wantilan Pura Ulun Kulkul Besakih.
Teks dan Foto: Widnyana Sudibya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar