Mapepada Tawur, Pura Manik Mas Besakih, 15 Februari 2009.
Terkait dengan upacara Pamelaspas, Mendem Pedagingan dan Ngenteg Linggih di Pura Manik Mas, Besakih, pagi tadi Minggu 15 Februari 2009 jam 10.15 diselenggarakan upacara Mapepada Tawur. Upacara Mapepada Tawur yang dipimpin oleh Ida Pedanda Wayahan Tianyar dari Griya Menara, Sidemen ini diikuti oleh para Pemangku Pura Agung Besakih, para bhakta, khususnya Pemaksan Ulun Kulkul dan perwakilan dari Pemkab Jembrana selaku pangempon Pura Manik Mas, Besakih.
Upacara Mapepada adalah rangkaian korban suci berbagai jenis binatang (sesuai dengan tingkatan upacara Tawur – pada Pepada Pura Manik Mas menggunakan kambing sebagai wewalungan utama). Binatang tersebut disucikan, didoakan dan diiringkan murwa daksina (berputar 3 putaran arah jarum jam). Usai purwa daksina dilakukan prosesi malepas prani atau pralina dengan cara nuwek yaitu secara simbolis menyentuhkan senjata pajenengan (tombak) ke tubuh binatang tersebut. Secara spiritual, binatang-binatang tersebut dipandang telah menempuh proses yadnya.
Malam hari dilakukan tahap nyoroh bhakti atau menata sesajen yang akan dipersembahkan pada upacara Tawur besok, Senin 16 Februari 2009. Pada sesaji inilah bagian-bagian tubuh (kepala, kaki dan kulit) binatang tersebut, yang disembelih di tempat terpisah dan bukan bagian proses upacara, digunakan sebagai sarana pokok, menjadi alas komponen sesajen. Keseluruhan sesajen inilah disebut sebagai ritual winangun urip atau tatanan upakara agar roh binatang-binatang tersebut meningkat pada status hidup spiritual yang lebih tinggi dari sebelumnya (hal ini agaknya terkait dengan kepercayaan reinkarnasi atau punarbhawa dan karma phala).
.
Foto 1:
Prosesi menjelang Murwa Daksina pada upacara Mapepada Tawur Pura Manik Mas Besakih.
Foto 2:
Sekeha gong pengayah istri Pemaksan Ulun Kulkul.
Foto 3:
Prosesi Malepas Prani atau Nuwek dengan menyentuhkan senjata pajenengan ke tubuh binatang wewalungan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar