Mapepada Pura Manik Mas Besakih, 20 Februari 2009.
Kamis 20 Februari 2009, pagi tadi sejak jam 10.20 hingga jan 11.30 wita, sehari sebelum puncak Karya Ngeteg Linggih di Pura Manik Mas Besakih, diselenggarakan upacara Mapepada. Pelaksanaan upacara Mapepada ini tidak berbeda dengan tata cara ritual Mapepada Tawur yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2009 lalu yaitu pemujaan oleh Sulinggih, murwa daksina wewalungan dan malepas prani (nuwek) wewalungan. Perbedaannya hanyalah pada pemakaian jenis wewalungan yang pada Mapepada Ngenteg Linggih pagi tadi menggunakan wewalungan (binatang) yang tingkatannya lebih tinggi yaitu 2 ekor kerbau (pada Mapepada Tawur 15 Februari yang lalu menggunakan kambing).
Upacara Mapepada Ngenteg Linggih ini dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Purwa Gautama dari Griya Wanasari, Sidemen, Karangasem. Pelaksanaan Mapepada ini dilaksanakan oleh pemaksan Ulun Kulkul selaku pangempon diikuti pula oleh perwakilan Pemkab Jembrana yang juga berperan selaku pangemong Pura Manik Mas.
Kamis 20 Februari 2009, pagi tadi sejak jam 10.20 hingga jan 11.30 wita, sehari sebelum puncak Karya Ngeteg Linggih di Pura Manik Mas Besakih, diselenggarakan upacara Mapepada. Pelaksanaan upacara Mapepada ini tidak berbeda dengan tata cara ritual Mapepada Tawur yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2009 lalu yaitu pemujaan oleh Sulinggih, murwa daksina wewalungan dan malepas prani (nuwek) wewalungan. Perbedaannya hanyalah pada pemakaian jenis wewalungan yang pada Mapepada Ngenteg Linggih pagi tadi menggunakan wewalungan (binatang) yang tingkatannya lebih tinggi yaitu 2 ekor kerbau (pada Mapepada Tawur 15 Februari yang lalu menggunakan kambing).
Upacara Mapepada Ngenteg Linggih ini dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Purwa Gautama dari Griya Wanasari, Sidemen, Karangasem. Pelaksanaan Mapepada ini dilaksanakan oleh pemaksan Ulun Kulkul selaku pangempon diikuti pula oleh perwakilan Pemkab Jembrana yang juga berperan selaku pangemong Pura Manik Mas.
.
Usai upacara Mapepada, di natar jeroan Pura Manik Mas dilakukan ritual membuat Bagia Pulakerti diawali oleh Ida Pedanda Gede Purwa Gautama (nasarin bagia) kemudian dilanjutkan oleh pangayah-pengayah tukang banten. Bagia Pulakerthi adalah sarana upakara berbentuk gunungan ditampung dalam satu wadah (bakul) besar berisi berbagai jenis hasil bumi dan unsur alam, antara lain pala gembal, pala gantung, pala rambat, dan pala bungkah, 9 jenis buah kelapa yang melambangkan pangider bhuwana (8 arah penjuru angin dan 1 di tengah) serta unsur-unsur flora lainnya yang mewakili unsur-unsur alam. Bagia Pulakerthi dibuat 2 buah melambangkan purusa-pradhana atau laki-perempuan sebagai representasi unsur kelahiran dan kesuburan. Pada saat Panyineban nanti (akhir rangkaian upacara 26 Februari 2009) upakara Bagia Pulakerthi ini akan di-pendem (ditanam di natar pura sebagai simbol pelestarian dan pengembalian unsur-unsur alam sebagai sumber kehidupan bumi.
Usai upacara Mapepada, di natar jeroan Pura Manik Mas dilakukan ritual membuat Bagia Pulakerti diawali oleh Ida Pedanda Gede Purwa Gautama (nasarin bagia) kemudian dilanjutkan oleh pangayah-pengayah tukang banten. Bagia Pulakerthi adalah sarana upakara berbentuk gunungan ditampung dalam satu wadah (bakul) besar berisi berbagai jenis hasil bumi dan unsur alam, antara lain pala gembal, pala gantung, pala rambat, dan pala bungkah, 9 jenis buah kelapa yang melambangkan pangider bhuwana (8 arah penjuru angin dan 1 di tengah) serta unsur-unsur flora lainnya yang mewakili unsur-unsur alam. Bagia Pulakerthi dibuat 2 buah melambangkan purusa-pradhana atau laki-perempuan sebagai representasi unsur kelahiran dan kesuburan. Pada saat Panyineban nanti (akhir rangkaian upacara 26 Februari 2009) upakara Bagia Pulakerthi ini akan di-pendem (ditanam di natar pura sebagai simbol pelestarian dan pengembalian unsur-unsur alam sebagai sumber kehidupan bumi.
.
.
Foto 1: Ida Pedanda Gede Purwa Gautama dari Griya Wanasari, Sidemen, Karangasem, melakukan pemujaan upacara Mapepada Ngenteg Linggih Pura Manik Mas Besakih.
Foto 2: Jro Mangku membawa penuntunan saat prosesi murwa daksina, 3 kali mengelilingi areal pura searah jarum jam (purwa-daksina).
Foto 3: Senjata pangider berbentuk Cakra berwarna merah (tembaga) sebagai pijakan wewalungan di arah selatan (brahma - merah) saat murwa daksina.
Foto 4: Prosesi malepas prani (nuwek - pralina) dilakukan oleh Jro Gede Pande dan pengayah dengan menyentuhkan ujung tombak ke tubuh wewalungan (binatang/kerbau) pertanda wewalungan itu sudah pralina.
Foto 5: Ida Pedanda Gede Purwa Gautama saat melakukan prosesi nasarin Bagia sebagai awal pembuatan upakara Bagia Pulakerthi.
Foto 6: Pemasangan orti di puncak bagia menandakan Bagia Pulakerthi telah selesai dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar