Jumat, 27 Maret 2009

Upacara 10 - Puncak Karya Tawur Agung Panca Bali Krama

Upacara 10 - Puncak Karya Tawur Agung Panca Bali Krama, 25 Maret 2009.
Rangkaian puncak upacara Panca Bali Krama diselenggarakan hari ini Rabu 25 Maret 2009 sejak pagi hari sekitar jam 8.00 di Bancingah Agung Pura Agung Besakih. Sebanyak 15 orang pendeta (Sarwa Sadaka) yang melakukan pemujaan secara bersamaan di "genah tawur" untuk memimpin pelaksanaan upacara Karya Agung Panca Bali Krama. 15 orang Pendeta itu melakukan pemujaan masing-masing 2 orang di 4 arah penjuru (utara, timur, selatan dan barat) serta 5 orang melakukan pemujaan di titik tengah.
Sementara di Genah dilaksanakan pemujaan, selang 30 menit, di natar Pura Penataran Agung Besakih dilakukan upacara Ayun Widhi yang dipimpin oleh 3 orang pendeta yang memuja di Bale Gajah dan ritual Tedun ke Paselang dipimpin oleh 2 orang Pendeta. Selain itu, dilaksanakan juga upacara Pangemit Karya dan Pangerajeg Karya yang masing-masing dipimpin oleh seorang Sulinggih (pendeta). Secara keseluruhan, puncak Karya Panca Bali Krama pada Rabu 25 Maret 2009 dipimpin oleh 22 orang Sulinggih.
Prosesi yang dipandang sebagai puncak adalah saat melaksanakan prosesi membuat "Nasi Tawur" di tengah-tengah areal upacara yang dilakukan oleh Pedanda Bhuda dibantu oleh para "pengayah". Nasi Tawur dibuat dengan mencampurkan berbagai sarana upakara dari empat "Sanggar" di empat arah mata angin dengan materi utama beras empat warna, hitam putih, kuning dan merah yang merupakan simbol kekuatan "pangider bhuwana" atau sebagai perlambang keseimbangan alam semesta. Setelah dicampur, Ida Pedanda Bhuda melakukan puja mantra yang mengandung makna untuk membuka jalan bagi kekuatan alam menuju arah kekuatan para dewata sehingga akan tercipta keseimbangan alam dan keseimbangan antara "bhuwana agung" (alam semesta) dengan "bhuwana alit" (manusia). Nasi Tawur dan Tirtha Tawur inilah yang dibagikan kepada seluruh Desa Adat di Bali untuk dibagikan kepada seluruh warga desa adat dan ditaburkankan pula di wilayah desa adat masing-masing sebagai pertanda bahwa Karya Agung Panca Bali Krama sebagai "yadnya jagat" (upacara seluruh jagat semesta) telah dilaksanakan secara serempak di semua tempat. Upacara Tawur di bancingah agung ini ditutup dengan persembahyangan bersama dipimpin oleh 15 pendeta diikuti oleh ribuan umat Hindu yang hadir saat itu. Unsur Pemerintah (yang dalam agama Hindu dipandang sebagai Guru Wisesa) hadir dalam upacara Panca Bali Krama tersebut, diwakili oleh Gubernur Bali dan jajaran pemerintahan tingkat prvinsi Bali, kabupaten dan kota se Bali. Rangkaian upacara yang juga dilaksanakan bersamaan adalah upacara "Ayun Widhi" dan "Tedun ke Paselang" dilaksanakan di halaman tengah (purian) Pura Penataran Agung Besakih. Upacara Ayun Widhi dan Tedun ke Paselang ini merupakan Dewa Yadnya sebagai rangkaian akhir dari pelaksanaan upacara Tawur Panca Bali Krama yang merupakan upacara Bhuta Yadnya. Peralihan prosesi Bhuta Yadnya ke Dewa Yadnya inilah memberikan gambaran tentang perputaran (siklus) pemurnian dan penyatuan kekuatan alam semesta dengan kekuatan utama Dewata (yadnya yang patut dilaksanakan oleh umat Hindu tercakup dalam Panca Yadnya, yaitu; Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya). Menarik untuk diketengahkan adalah upacara "Tedun ke Paselang" dengan rangkaian mengiringkan semua "pralingga" Ida Bhatara dari Bale Paruman Agung menuju Bale Paselang melalui prosesi mengelilingi natar (halaman) Pura Penataran Agung pada arah putaran jarum jam sebanyak tiga kali (Purwa Daksina). Pada prosesi di Bale Paselang dilakukan "Majejiwa" (dialog ritual) yang antara lain menyebutkan tentang Smara-Ratih dan tentang keberadaaan "isin gumi" (sumber daya alam) yang terkesan sebagai "upacara kesuburan". Pada bagian akhir upacara Tedun ke Paselang dilakukan persembahyangan bersama dan membagikan beras kepada umat yang hadir yang sebelumnya dipergunakan sebagai alas "pralingga" di Bale Paselang dan selanjutnya mengiringkan kembali pralingga menuju Bale Paruman Agung dengan sebelumnya diiringkan menuju Candi Bentar untuk nodya atau menyaksikan upacara Tawur Panca Bali Krama di Genah Tawur Bancingah Agung Pura Agung Besakih. Sebagai kelengkapan dalam penyelenggaraan Karya Agung Panca Bali Krama, dipersembahkan pula "wali" (seni persembahan) berupa Topeng, Gong Gede, Gong Selonding, Rejang, Baris Gde, Wayang Lemah dan Kidung.
.
Foto 1: Prosesi Ngaduk Nasi Tawur saat puncak Karya Tawur Agung Panca Bali Krama.
Foto 2: Usai persembahan Tawur Agung Panca Bali Krama, perwakilan umat di masing-masing kabupaten, kota dan desa pakraman berebut Nunas Tirta Tawur dan Nasi Tawur yang nantinya disebarkan kepada seluruh warga desa pakraman.
Foto 3: Ritual Tedung ke Paselan di Natar Pura Penataran Agung Besakih.
Foto 4: Prosesi Nodya, pralingga Ida Bhatara nodya Tawur Agung dari Candi Bentar Pura Agung Besakih.
Foto 5: Manusa Saksi. Gubernur Bali dan jajaran pejabat tingkat provinsi, kabupaten dan kota se Bali hadir selaku unsur "manusa saksi".

Upacara 9 - Mapepada Tawur

Upacara 9 - Mapepada, 24 Maret 2009.
Hari Selasa, 24 Maret 2009 dilaksanakan upacara "Mapepada" yang dilaksanakan dengan tatacara mengiringkan beberapa jenis binatang mengelilingi Mandala Tiga Pura Penataran Agung Besakih pada arah berlawanan jarum jam (presawya) sebanyak tiga kali yang secara filosofids diartikan sebagai satu prosesi untuk memohon kehadapan Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk berkenan memberikan berkah dan anugerah kepada binatang yang dipergunakan dalam rangakaian upacara Karya Agung Panca Bali Krama. Lahir kembali pada lingkungan kehidupan yang lebih baik (reinkarnasi) bagi binatang - binatang tersebut dimasa mendatang merupakan salah satu permohonan dan harapan yang dituju dalam prosesi Mapepada. Binatang yang disertakan dalam prosesi Mapepada ini antara lain, kerbau, sapi, kambing, babi besar dan kecil yang belum dikebiri, anjing warna merah, dan ayam.
Usai upacara Mapepada, binatang-binatang tersebut disembelih di perantenan Pura Agung Besakih dan beberapa bagian digunakan sebagai pelengkap sesajen. Sore hari dilakukan kegiatan Nyoroh Banten atau menata sesajen untuk persembahan Tawur pada keesokan harinya. Kegiatan Nyoroh Banten ini diakhiri dengan ritual Puja Pamemben pada malam hari yang bermakna pernyataan bahwa seluruh upakara/sesajen telah dipersiapkan dan ditata secara lengkap. Upacara Puja Pamemben ini dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Griya Sibetan, Karangasem.
.

Foto 1:
Beberapa jenis binatang yang dipergunakan dalam upacara Tawur agung Panca Bali Krama sesaat sebelum melakukan ritual presawya atau berkeliling berlawanan arah jarum jam di sekeliling Mandala 3 Pura Penataran agung Besakih.

Foto 2:
Iring-iringan Pepada saat mengelilingi Mandala 3 Pura Penataran Agung Besakih di sisi timur.

Foto 3:
Ida Pedanda Istri dibantu oleh para pengayah sedang nyoroh banten di Sanggar Tawang di natar Mandala 3 Pura Penataran Agung Besakih.

Foto 4:
Suasana di Bancingah Agung Pura Agung Besakih (genah tawur) menjelang puncak karya Tawur Agung Panca Bali Krama. Tampak upakara Sarad dan Gayah masing-masing setinggi 7 meter telah berdiri tegak di depan Genah Tawur. Di depan Sarad dan Gayah, tampak Salaran, wujud Barong terbuat dari hasil bumi.

Senin, 23 Maret 2009

Upacara 8 - Melasti hari ke - 3, Senin 23 Maret 2009

Upacara 8 - Melasti Hari ke 3.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari 2 malam berjalan kaki dengan jarak tempuh 70 kilometer, iring-iringan palelastian Panca Bali Krama dan Bhatara Turun Kabeh Pura Agung Besakih tiba kembali di Pura Agung Besakih dengan selamat tanpa hambatan yang berarti. Ribuan umat, dengan langkah tetap laju, tak surut oleh terik mentari selama 3 hari perjalanan. Jumlah keterlibatan umat tak hanya ribuan yang langsung mengikuti perjalanan palelastian namun mencapai puluhan ribu umat Hindu sepanjang jalan yang dilalui ritual tersebut. Seluruh warga Hindu di 29 desa pakraman yang dilalui palelastian secara antusias menyambut dengan bhakti (sesajen) dan yasa (makanan & minuman). Umat Hindu pangempon Pura Penataran Agung Klungkung, Pura Puseh Tohjiwa dan Pura Puseh Tebola (lokasi peristirahatan dan bermalam iring-iringan palelastian) bahkan menyambut secara khusus dengan menyelenggarakan ritual penyambutan (pamendak lan pasandekan) serta menyiapkan logistik untuk ribuan pangiring ritual palelastian.
Prosesi Melasti hari ke 3, 23 Maret 2009, dilakukan dengan menempuh sisa perjalanan dari Pura Puseh Tebola menuju Pura Agung Besakih dengan jarak 22 kilometer. Setelah menginap semalam, jam 6.00 pagi iring-iringan beranjak dari Pura Puseh Tebola menuju Pura Agung Besakih dengan 7 titik lokasi upacara pamendak. Kendati menempuh perjalanan menanjak, perjalanan Tebola-Besakih terhitung cepat karena tiba di Pura Agung Besakih pada jam 12.30 wita dengan waktu mesandekan (istirahat) dan katuran Pamendak Alit di Pura Pasimpangan Besakih sekitar 1 jam.
Setiba di Ambal-Ambal Pura Agung Besakih, Ida Bhatara Tirtha yang didatangkan dari 3 gunung (Semeru, Agung dan Rinjani) berikut Ida Bhatara Tirtha Sad Kahyangan di Bali diturunkan dari Sanggar Tawang di Pura Basukian dan secara bersamaan dengan pralingga Ida Bhatara yang baru datang dari Melasti dilakukan ritual persembahan penyambutan (Pamendak Agung). Usai upacara Pamendak Agung, didahului oleh Ida Bhatara Tirta, satu persatu jempana Ida Bhatara pura Agung Besakih diusung memasuki natar Pura Penataran Agung Besakih dan ditempatkan di palinggih Pengaruman Agung. Sementara itu, sujang Ida Bhatara Tirtha ditempatkan di Sanggar Tawang yang dibangun di natar Pura Penataran Agung Besakih.
.
Foto 1 dan 2:
Suasana pamendak oleh umat sepanjang jalu palelastian.
Foto 3:
Iring-iringan palelastian kawasan Toya Esah melewati di kawasan Rendang.
Foto 4:
Suasana ritual Pamendak Agung di Ambal-Ambal
Foto 5:
Usai pamendak agung, jempana diusung menuju ke parhyangan masing-masing

Minggu, 22 Maret 2009

Upacara 8 - Melasti hari ke-2, Minggu 22 Maret 2009

Melasti hari ke 2, 22 Maret 2009
Setelah menginap semalan di Pura Penataran Agung Klungkung, iring-iringan Palelastian Besakih melanjutkan perjalanan ritual Melasti hari ke 2 tanggal 22 Maret 2009. Rombongan palelastian melakukan persiapan keberangkatan sejak subuh dan mulai bergerak menuju Pura Puseh Tohjiwa, Kecamatan Sidemen pada jam 5.45 wita. Suara ritmis tambur Ida Ratu Pasek, pajenengan Ida Ratu Pande dan denting genta Ida Bhatara Catur Lawa mengawali terdengar dari kejauhan memecah pagi, membangunkan krama Hindu di jalur menuju Tohjiwa untuk bergegas menyiapkan pamendak. Sepanjang jalan, krama desa Paksebali, Lebu, dan Sukahet menyambut iring-iringan dengan antusias lengkap dengan bhakti dan yasa. Desa pakraman Tohjiwa bahkan telah mempersiapkan sejak beberapa hari sebelumnya, terutama logistik para pangirng yang jumlahnya ribuan orang.
Jarak tempuh dari Pura Penataran Agung Klungkung ke Pura Tohjiwa adalah 7 kilometer ditepuh dalam waktu sekitar 2.10 menit. Setelah melakukan ritual pamendak yang dan pelayanan kepada seluruh pangiring, tepat jam 11.50 wita iring-iringan palelastian melanjutkan perjalanan menuju Pura Puseh Tebol, Sidemen yang berjarak 9 kilometer ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam 41 menit. Sama halnya dengan penyambutan di Pura Puseh Tohjiwa, penyambutan di Pura Puseh Tebola juga sangat meriah dan ramai.
Malam ini, 22 Maret 2009, iring-iringan palelastian Besakih menginap semalam di Pura Puseh Tihjiwa dan akan dilanjutkan dengan perjalanan etape terakhir dari Pura Puseh Tebola, Sidemen langsung menuju Besakih lewat jalur Selat, Muncan, Batusesa , dan berakhir di kawasan Pura Agung Besakih.



.
Foto 1: Palelastian berangkat dari Pura Penataran Agung Besakih menuju Pura Puseh Tohjiwa untuk persembahan Pamendak
Foto 2: Palelastian, sesaat akan memasuki kawasan Desa Pakraman Tohjiwa.
Foto 3: Jempana pralingga Ida Bhatara Pura Agung Besakih dan Pedharman ditempatkan berjejer di natar Pura Puseh Tohjiwa.
Foto 4: Suasana pamendak di beberapa tempat .
Foto 5: Suasana palelastian menuju Pura Puseh Tebola.
Foto 6: Jempana diusung oleh masing-masing pemaksan menuju natar Jaba Tengah dan Jeroan Pura Puseh Tebola.


Upacara 8, Melasti dan Tawur Labuh Gentuh

Upacara 8, Melasti dan Tawur Labuh Gentuh. 21 Maret 2009
Setelah Nedunang pralingga Ida Bhatara sajebag Pura Agung Besakih kemarin (20 Maret 2009), hari ini 21 Maret 2009 dilaksanakan upacara Melasti ke Segara Klotok dilanjutkan dengan upacara Tawur Labuh Gentuh.
Prosesi Melasti dimulai sejak pagi sekitar jam 08.15 dengan berbagai persiapan, terutama ngias (menghias) pralingga dan jempana (jol) Ida Bhatara. Tepat jam 10.31 wita, iring-iringan Melasti berangkat dengan urutan upakara dan jempana sesuai dengan ketentuan, yaitu diawali oleh jempana Ida Bhatara Catur Lawa (Ida Ratu Bagus Pande berikut pajenengan, Ida Ratu Pasek berikut tambur, Ida Ratu Dukuh dan Ida Ratu Penyarikan). Palelastian yang diikuti oleh sekitar 200 orang saat berangkat semakin bertambah ketika melewati desa-desa yang dilalui menuju Klotok.
Karena padatnya pengiring, persembahan upacara pamendak di beberapa titik lokasi sepanjang perjalanan dan juga pergantian pamundut, iring-iringan palelastian berjalan relatif lambat. Iring-iringan baru tiba di Klungkung pada jam 16.39 wita dan tiba di segara Klotok pada jam 18.27 wita. setiba di Klotok, upacara dilanjutkan dengan Tawur Labuh Gentuh yang dilaksanakan di genah tawur di sisi barat Pura Klotok. Upacara Tawur Labuh Gentuh baru berakhhir pada jam 20.11 dilanjutkan dengan upacara Pakelem dan iring-iringan Palelastian melanjutkan perjalanan menuju Pura Penataran Agung Klungkung untuk persembahan pamendak dan menginap semalam,

.
Foto 1: Ida Bhatara Ratu Bagus Pande yang berada diurutan pertama tampak menuruni tangga candi bentar Pura Agung Besakih.
Foto 2: Iring-iringan Palelastian ketika menuruni Bukit Jambul
Foto 3: Prosesi Tawur Labuh Gentuh di segara Klotok
Foto 4: Iring-iringan jempana memasuki natar jeroan Pura Penataran Agung, Klungkung, melewati tragtag (tangga khhusus) di atas pagar (panyengker pura).
.

Jumat, 20 Maret 2009

Upacara 7, Nedunang Pralingga Ida Bhatara

Upacara 7, Nedunang pralingga Ida Bhatara Pura Agung Besakih, 20 Maret 2009
Upacara Nedungang Pralingga Ida Bhatara yang dilaksanakan sore hari di semua Gedong Pasimpenan di kawasan Pura Agung Besakih. Secara kelompok besar, gedong pasimpenan pralingga Ida Bhatara di Pura Agung Besakih terbagi dalam 4 kelompok, yaitu: gedong pasimpenan Ida Bhatara Luhuring Ambal-Ambal di palinggih Meru Tumpang Tiga atau palinggih Kehen Pura Penataran Agung Besakih, gedong pasimpenan Ida Bhatara Soring Ambal-Ambal di Pura Ulun Kulkul, pasimpenan Ida Bhatara di Pura Batu Madeg (biasanya diiringkan bersamaan dengan pralingga Ida Bhatara Prajapati Hyang Aluh), dan pasimpenan Ida Bhatara Kiduling Kreteg.
Secara berurutan tiba di palinggih Pengaruman Agung adalah pralingga Ida Bhatara Luhuring Ambal-Ambal disusul oleh pralingga Ida Bhatara Kiduling Kreteg, pralingga Ida Bhatara Soring Ambal-Ambal, pralingga Ida Bhatara Prajapati Hyang Aluh dan terakhir adalah pralingga Ida Bhatara Batu Madeg.
Setelah seluruh pralingga Ida Bhatara Pura Agung Besakih ditempatkan di palinggih Pengaruman Agung kemudian dilakukan pemujaan oleh Sulinggih Ida Pedanda Gede Wayahan Buruan Manuaba dari Griya Wayahan Buruan, Gianyar yang melakukan pemujaan dari Bale Gajah. Pemujaan upacara Nedunang pralingga Ida Bhatara Pura Agung Beskaih diakhiri dengan persembahyangan bersama di natar Pura Penataran Agung Besakih.
Bersamaan dengan Nedunang pralingga Ida Bhatara Pura Agung Besakih, prosesi yang sama diselenggarakan pula di Pura Catur Lawa (Ida Ratu Pasek, Ida Ratu Pande, Ida Ratu Dukuh dan Ida Tatu Penyarikan), pura Pedharman (12 pedharman) di kawasan Pura Agung Besakih juga yang dilaksanakan oleh pangempon pura pedharman masing-masing.
.
.
Foto 1: Iring-iringan nedunang pralingga Ida Bhatara Luhuring Ambal-Ambal. Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan mantan gubernur Bali Dewa Made Beratha turut ngayah mundut pralingga Ida Bhatara Lingsir.
Foto 2: Bupati Karangasem, Wayan Geredeg dan krama Karangasem mundut pralingga Ida Bhatara Kiduling Kreteg.
Foto 3: Iring-iringan pralingga Ida Bhatara Batu Madeg naik menuju palinggih Pengaruman Agung.
Foto 4: Muspa atau persembahyangan bersama sebagai bagian akhir dari prosesi Nedunang pralingga Ida Bhatara Pura Agung Besakih.
.

Persiapan Akhir Panca Bali Krama 2009

19 Maret 2009, Pengayah Berdatangan Lagi ke Besakih.
Memasuki Umanis Galungan 19 Maret 2009, setelah hari penampahan dan Galungan sibuk berupacara di rumah masing-masing, Pura Agung Besakih kembali menggeliat dengan kegiatan ngayah. Ratusan pengayah berdatangan sejak pagi untuk bekerja membantu krama pemaksan Besakih dan Panitia Pelaksana untuk membantu persiapan upacara yang kian mendekat.
Hari ini kegiatan ngayah yang paling terlihat, selain di Suci Pura Agung Besakih, adalah membuat dan memasang penjor di sepanjang Bancingah Agung Pura Agung Beskaih (di depan Genah Tawur). Kegiatan ini dilaksanakan oleh sekitar 80 orang krama dari desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar. Menjelang sore, seluruh penjor telah tepasang kecuali Penjor Agung yang akan dipasang di depan tangga Candi Bentar Pura Penataran Agung Besakih. Penjor ini merupakan penjor khusus dengan syarat kelengkapan yang khusus dan berbeda antara penjor di kiri dan di kanan.
Selain pengerjaan penjor, di Genah Tawur tampak sibuk warga Ubud dibawah koordinasi angga Puri Ubud membuat Gayah, sebuah upakara berbentuk bangunan yang terbuat dari olahan daging babi. Tak kurang dari 50 orang tekun membuat komponen-komponen Gayah dan menatanya dalam rangkaian bagian-bagian upakara lalu menyatukannya dalam satu bentuk yang utuh. Direncanakan, malam ini pekerjaan membuat Gayah akan selesai lalu besok akan dilanjutkan dengan pembuatan Sarad (upakara berbentuk sama dengan Gayah namun terbuat dari kue gorengan tradisional Bali).
Tanggal 15 Maret 2009 yang lalu saya sempat berkeliling di areal Pura Pedharman untuk mencatat nama Pura Pedharman (untuk dibuat peta kawasan). Saat itu pangempon beberapa Pura Pedharman tampak sedang menyelenggarakan paruman (rapat) terkait dengan kesertaan Ida Bhatara Pura Pedharman akan turut dalam prosesi palelastian ke segara Klotok. Tercatat beberapa hal penting yang dibahas dalm paruman tersebut adalah menyertakan peran serta krama soroh atau warga panyungsung yang tersebar di pelosok Bali.
Dalam perjalanan menuju Denpasar, saya mampir ke segara Klotok untuk melihat persiapan genah Tawur. Kabupaten Klungkung dan Buleleng, yang mendapat tugas nyanggra Tawur di Klotok nampaknya telah selesai membangun bangunan-bangunan yang akan dipergunakan dalam upacara Tawur. Direncanakan, tanggal 20 Maret 2009 seluruh persiapan telah selesai dikerjakan dan siap melaksanakan upacara Tawur pada tanggal 21 Maret 2009.
.
Foto 1 dan 2: Krama dari Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar sedang mempersiapkan penjor dan memasangnya sepanjang selasar di Bancingah Agung Pura Agung Besakih.
Foto 3: Krama dari Ubud tampak sedang merakit Gayah setinggi 7 meter di depan Genah Tawur, Bancingah Agung Pura Agung Besakih.
Foto 4: Wewangunan di Genah Tawur segara Klotok telah selesai dibangun dan tanggal 20 Maret 2009 akan dilakukan pemasangan busana sanggar untuk pelaksanaan Tawur tanggal 21 Maret 2009.
.

Kamis, 19 Maret 2009

Upacara 6, Nuwur Ida Bhatara Tirtha

Upacara 6, Nuwur Ida Bhatara Tirtha 19 Maret 2009
Umanis Galungan, Kamis 19 Maret 2009, sebagaimana dijadwalkan dalam Yasa Kerthi Karya Agung Panca Bali Krama dilaksanakan upacara Nuwur Ida Bhatara Tirtha di Pura Sad Kahyangan di Bali. Upacara Nuwur Ida Bhatara Tirtha dilaksanakan tidak bersamaan di seluruh pura Sad Kahyangan dengan penuwur tirtha di gunung Semeru, gunung Agung dan gunung Rinjani karena terkait dengan pelaksanaan hari raya Galungan pada tanggal 18 Maret 2009.
Nuwur Ida Bhatara Tirtha di tiga gunung, gunung Agung, gunung Semeru dan gunung Rinjani dilaksanakan lebih awal. Rombongan panuwur Ida Bhatara Tirtha ke gunung Semeru dan gunung Rinjani berangkat lebih awal karena dibutuhkan waktu beberapa hari sedangkan panuwur Ida Bhatara Tirtha ke gunung Agung berangkat tanggal 14 Maret 2009 malam. Tanggal 15 Maret 2009, Ida Bhatara Tirtha Gunung Agung tiba paling awal di Pura Agung Besakih, disusul oleh Ida Bhatara Tirtha Gunung Semeru dan keesokan harinya, 16 Maret 2009, Ida Bhatara Tirtha Gunung Rinjani tiba di Pura Agung Besakih. Nuwur Ida Bhatara Tirtha di gunung Agung dan gunung Rinjani dilaksanakan oleh pemangku Pura Agung Besakih bersama dengan krama/umat Hindu setempat sedangkan Ida Bhatara Tirtha gunung Semeru dilaksanakan oleh pengayah/panitia Semeru dan langsung diiringkan antara lain oleh Bupati Gianyar, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mewakili angga puri Ubud selaku pengayah mucuk di Pura Semeru Agung.
Kegiatan ngayah dan persiapan upacara Panca Bali Krama surut pada 17 Maret 2009 saat Penampahan Galungan, dan 18 Maret 2009 saat hari raya Galungan. Kegiatan mulai tampak padat hari ini, Umanis Galungan 19 Maret 2009 dengan rangkaian pokok melanjutkan kegiatan Nuwur Ida Bhatara Tirtha di Pura Sad Kahyangan di Bali, antara lain: Pura Batur (utara), Pura Lempuyang Luhur (timur), Pura Goalawah (tenggara), Pura Luhur Andakasa (selatan), Pura Luhur Uluwatu (barat daya), Pura Luhur Watukaru (barat), dan Pura Luhur Pucak Mangu (barat laut). Seluruh panuwur Ida Bhatara Tirtha Pura Sad Kahyangan berangkat pada pagi hari sekitar jam 09.00 wita dan secara berurutan tiba di Pura Agung Besakih sejak siang hingga sore hari, diakhiri dengan kedatangan Ida Bhatara Tirtha Pura Lempuyang Luhur. Kecuali Pura Batur, Pura Goalawah dan Pura Luhur Uluwatu, nuwur Ida Bhatara Tirtha Sad Kahyangan lainnya dilakukan di puncak gunung dan bukit pura tersebut antara lain puncak gunung Mangu, gunung Watukaru, gunung Lempuyang, dan bukit Andakasa.
Panuwur Ida Bhatara Tirtha di Pura Sad Kahyangan di Bali dilaksanakan oleh pemangku Pura Agung Besakih bersama Panitia Pelaksana di Besakih dan didukung oleh krama pemaksan Pura Sad Kahyangan masing-masing. Sore hari tadi, sekitar jam 15.05 wita Ida Bhatara Tirtha Pucak Mangu tiba di Pura Agung Besakih disusul 10 menit kemudian oleh Ida Bhatara Tirtha Luhur Watukaru. Ida Bhatara Tirtha dari Pucak Mangu bahkan diiringkan oleh krama pemaksan Desa Tinggan (Badung utara) dan angga Puri Mengwi selaku pangeling mucuk di Pura Luhur Pucak Mangu.
Ida Bhatara Tirtha yang disimbolkan berupa tirta dalam wadah Sujang (bambu dengan busana) untuk sementara di-sthana-kan (ditempatkan) di Sanggar Tawang (bangunan temporer) yang dibuat secara khusus di Pura Basukian. Setelah masing-masing Ida Bhatara Tirtha katuran pamendak Alit (persembahan penyambutan secara sederhana) kemudian dibawa naik oleh Jro Mangku Pura Basukian ke Sanggar Tawang. Saat prosesi Palelastian Ida Bhatara Pura Agung Besakih kembali dari melasti ke segara Klotok nanti (23 Maret 2009), secara bersamaan akan dilakukan persembahan penyambutan utama (Pamendak Agung) di bancingah Pura Penataran Agung Besakih dan selanjutnya akan di-sthana-kan di Sanggar Tawang di natar Pura Penataran Agung Besakih hingga upacara Panyineban tanggal 24 April 2009.
.
Foto 1: Rombongan panuwur Ida Bhatara Tirtha Gunung Semeru sesaat akan melakukan pamuspaan di Pura Basukian setelah ngalinggihang Ida Bhatara Tirtha Gunung Semeru di Sanggar Tawang Pura Basukian. Tampak Bupati Gianyar Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (nomor tiga dari kiri) yang turut ngiring Ida Bhatara Tirtha Gunung Semeru.
Foto 2: Ida Bhatara Tirtha Pucak Mangu sesaat akan di-sthana-kan di Sanggar Tawang di Pura Basukian, Besakih.
Foto 3: Jro Mangku Pura Basukian Besakih sedang melakukan pemujaan Pamendak Alit saat Ida Bhatara Tirtha Luhur Watukaru tiba di Pura Agung Besakih.

Sabtu, 14 Maret 2009

Peta Melasti Terbaru

Info penting Peta Melasti
Setelah posting peta Melasti beberapa waktu lalu, ada permitaan dari penyanggra karya di Besakih agar peta tersebut dilengkapi dengan informasi tentang Desa Pakraman yang akan dilewati ritual Melasti serta titik-titik lokasi persembahan ritual pamendak sepanjang jalur Palelastian.
Saya dan Jro Mangku Kariasa, yang telah sempat menelusuri jalur Palelastian tersebut, kembali membuka catatan hasil penelusuran tersebut dan membuat revisi peta Melasti. Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, jarak total pemargi Melasti adalah 70 kilometer.
Berikut saya sertakan gambar peta Pemargi Palelastian yang telah dilengkapi dengan informasi penting lainnya dalam format .jpg ukuran A4 agar mudah di-print. Lanjut di download jika memerlukannya. Semoga bermanfaat

Jumat, 13 Maret 2009

Upacara 5, BhumiSudha dan Pamarisudha

Upacara 5, Bhumi Sudha dan Pamarisudha 13 Maret 2009
Besakih hari ini, 13 Maret 2009, dilaksanakan 2 upacara yaitu upacara Bhumi Sudha di Genah Tawur, Bancingah Agung Pura Agung Besakih dilaksanakan pada jam 11.30 yang lalu dan upacara Pamarisudha di Pura Penataran Agung Besakih dilaksanakan sore ini sekitar jam 16.00.
Dua upacara ini bermakna sebagai pembersihan secara spiritual terhadap areal upacara, di Bancingah Agung dan Pura Penataran Agung Besakih, setelah sebelumnya semenjak Nuwasen Karya dilakukan berbagai persiapan termasuk pembuatan berbagai bangunan upacara, pemasangan busana wewangunan dan penyiapan berbagai sarana upakara lainnya.
Bersamaan dengan upacara Pamarisudha di Pura Penataran Agung Besakih, dilakukan pula upacara Pamelaspas dan Nubung Pedagingan di sepuluh bangunan palinggih yang dalam kurun waktu setahun belakangan ini dilakukan renovasi fisik bangunan. Upacara Bhumi Suda dan Pamarisudha menandakan bahwa persiapan tempat upacara telah selesai dibuat dan dinyatakan suci sehingga di areal upacara tersebut tidak boleh lagi ada kegiatan lain selain yang terkait dengan upacara Tawur Panca Bali Krama.
Upacara Bhumi Sudha dipimpin oleh Ida Pedanda Dwija Nuraga dari Grya Budakeling, Karangasem sedangkan upacara Pamarisudha dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Griya Aan, Klungkung.

.
Foto 1: Ida Pedanda Dwija Nuraga sedang melakukan pemujaan Bhumi Sudha di Genah Tawur Bancingah Agung Pura Agung Besakih.
Foto 2: Mundut pedagingan saat akan dilakukan ritual Nubung Pedagingan di Mandala 3 Pura Penataran Agung Besakih,
Foto 3: Muspa sebagai penutup rangkaian upacara Pamarisudha, Pamelaspas lan Nubung Pedagingan di Pura Penataran Agung Besakih.

Kamis, 12 Maret 2009

Jalur Melasti....

Besakih, Kamis 12 Maret 2009,
Masang Busana Genah Tawur dan Aci Penyabran

Menjelang upacara Bhumi Sudha dan Pamarisudha sebagai rangkaian upacara ke 5 Karya Agung Panca Bali Krama 2009, hampir seluruh wewangunan (bangunan) di Genah Tawur telah selesai dikerjakan kecuali panyengker (pagar areal tawur) yang diperkirakan akan selesai besok pagi. Untuk pelaksanaan upacara Bhumi Sudha dan Pamarisudha besok, Jumat 13 Maret 2009, hari ini telah dilakukan pembersihan genah tawur dari sisa-sisa bahan bangunan dan dilakukan pula pemasangan busana wewangunan genah tawur. Busana bangunan sanggar dan bale pawedaan disesuaikan dengan warna pangider nyatur empat warna di empat arah, yaitu: hitam-utara, putih-timur, merah-selatan, dan kuning-barat, serta manca warna di sanggar pemujaan di tengah.
Pemujaan upacara Bhumi Sudha akan dilaksanakan jam 10.00 wita di genah tawur Bancingah Agung Pura Agung Besakih dipimpin oleh Ida Pedanda Dwija Nugraha sedangkan pemujaan Pamarisudha di Pura Penataran Agung Besakih dilaksanakan pada jam 15.00 wita dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tembau.
Selain keseharian kegiatan ngayah oleh sekitar 500 orang pengayah, hari ini, Wrahaspati Wage Sungsang Kamis 12 Maret 2009, bertepatan dengan saat persembahan penyabran (berkala tiap 6 bulan) di palinggih Ida Bhatara Maspahit, Ida Bhatara Geng dan Ida Bhatara Tulus Dewa di mandala 3 (di hulu natar Padma Tiga) Pura Penataran Agung Besakih. Ritual ini tidak terkait dengan rangkaian Karya Agung Panca Bali Krama karena merupakan ritual tetap yang dilaksanakan berkala setiap 6 bulan oleh para pemangku, prajuru dan pemaksan (Ulun Kulkul) selaku pangempon.

.

Foto 1: Ida Pedanda Istri Karang melakukan pemujaan upacara penyabran katur ring Ida Bhatara Maspahit, Ida Bhatara Geng dan Ida Bhatara Tulus Dewa.
Foto 2: Suasana upacara penyabran.
Foto 3: Puri Agung Karangasem bersama beberapa Bendesa wilayah Karangasem ngaturang punia sekaligus ngayah di Pura Agung Besakih, siang tadi, 12 Maret 2009
Foto 4: Bangunan Genah Tawur menjelang rampung dan telah dilakukan pemasangan busana wewangunan.
.

Merunut Jalur Melasti
Ketika ditugaskan untuk membuat peta jalur pemargi Palelastian dari Besakih - Klotok - Besakih, saya merasakan keraguan untuk membuat serta memperkirakan jarak tempuh jalur tersebut. Usai meliput, mencatat dan mendokumentasikan beberapa kegiatan di Besakih saya memutuskan untuk menelusuri jalur Palelastian Besakih-Klotok-Besakih. Beruntung, Jro Mangku Karyasa (Pemangku Pura Merajan Kanginan, Besakih) yang beberapa kali mengikuti proses palelastian berkenan menemani penelusuran itu.
Proses palelastian yang dilaksanakan tanggal 21 hingga 23 Maret 2009 nanti akan melewati 29 Desa Pakraman (termasuk Desa Pakraman Besakih) dengan 26 titik pamendak (penyambutan) yang secara tradisi telah dilaksanakan setiap ritual palelastian ke segara Klotok. Di Pura Penataran Agung Klungkung dan Klotok baru akan dilaksanakan kegiatan persiapan nyanggra (menyambut) palelastian besok tangal 13 Maret 2009 sedangkan di Pura Puseh Tohjiwa dan Pura Puseh Tebola, Sidemen sudah dilakukan berbagai persiapan nyanggra oleh krama pangempon.
Berdasarkan angka spedometer kendaraan saya (mudah-mudahan tepat), jarak tempuh Besakih – Klotok (kondisi menurun melalui Menanga, Bukit Jambul, Klungkung dan Tojan – 27 kilometer) dan Klotok – Besakih (kondisi menanjak melalui jalur Paksebali, Sidemen, Besakih – 43 kilometer) mencapai total jarak 70 kilometer.
Menjelang hari palelastian 21 maret nanti, Penyanggra Karya (panitia lokal Besakih) merencanakan akan melakukan peninjauan kembali jalur tersebut sekaligus melakukan koordinasi dengan desa pakraman yang dilalui palelastian dan tempat pelaksanaan upacara pamendak. Koordinasi khusus akan dilakukan pula dengan pangempon Pura Penataran Agung Klungkung dan Pura Puseh Tebola, Sidemen yang dipergunakan sebagai tempat bermalam saat iring-iringan kembali dari Klotok menuju Besakih.

Pada posting kali ini, saya sertakan foto areal Tawur di sisi barat Pura Klotok (foto atas) dan peta jalur Palelastian sesuai dengan penelusuran siang hari ini. Jika ingin download, klik untuk memperbesar kemudian klik kanan dan save picture. Semoga bermanfaat.
.

Senin, 09 Maret 2009

Upacara 4 - Mamineh Empehan

Senin 9 Maret 2009, Mamineh Empehan lan Makarya Maduparka
Sebagai rangkaian prosesi keempat dari Karya Agung Panca Bali Krama adalah Mamineh Empehan lan Makarya Maduparka yang dilaksanakan pada Soma Umanis Sungsang, Senin 9 Maret 2009 di Suci Pura Agung Besakih. Prosesi Mamineh Empehan lan Makarya Maduparka secara simbolis adalah mengambil unsur-unsur yang keluar dari tubuh seekor lembu betina putih, terutama air susu. Lembu tersebut telah disucikan (karantina) selama 3 hari berada di Suci Pura Agung Besakih. Perawatan dan makanan selama masa “karantina” bagi lembu tersebut amat diperhatikan agar pada saat diambil, seluruh unsur tubuh tersebut terpenuhi serta diyakini suci dan bersih.
Prosesi Mamineh Empehan lan Makarya Maduparka dilakukan sejak pagi tadi jam 6.00 wita (9 Maret 2009) oleh Ida Pedanda Istri (Tapini) dibantu oleh para pengayah lanang istri. Setelah semua unsur-unsur tersebut terkumpul lalu dicampur dan diulek sampai hancur lalu dicuci beberapa kali (menggunakan perhitungan ganjil - biasanya 33 kali) hingga air cuciannya benar-benar bening. Campuran inilah yang kemudian disatukan dengan air susu lembu betina putih itu dicampur dengan minyak kelapa, bersumber dari berbagai jenis kelapa, yang dibuat bersamaan saat itu juga. Minyak hasil pencampuran dari berbagai jenis kelapa dan campuran dari empehan lembu putih itu disebut Minyak Catur yang nantinya akan dipergunakan sebagai inti upakara/sesajen, baik secara utuh maupun sebagai bahan pencampur minyak untuk menggoreng berbagai jenis kue (jaja sarad, jaja catur dan bahan-bahan gorengan lainnya).
Tiap tahap prosesi ini disertai dengan puja mantra oleh Sulinggih disertai kidung. Pada bagian akhir (saat akan mencampur dengan minyak kelapa, di atas tungku) pemujaan secara khusus dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Griya Sibetan, Karangasem yang telah diakui menguasai pengetahuan tentang bebantenan (sesajen). Seluruh prosesi Mamineh Empehan lan Makarya Maduparka ini diakhiri dengan persembahyangan bersama oleh seluruh pengayah yang saat itu ngayah di Suci Pura Agung Besakih.
.
Foto 1: Lembu puih yang diambil air susunya sebagai bahan Maduparka.
Foto 2: Para Ida Pedanda Istri melakukan ritual suci pada lembu putih menjelang pemujaan Mamineh empehan lan Makarya Maduparka.
Foto 3: Mencampur empehan dengan minyak kelapa yang terbuat dari berbagai jenis kelapa yang kemudian disebut dengan minyak catur.
Foto 4: Minyak Catur (minyak kelapa) disaring dari adonan santan yang dimasak mendidih dan dicampur dengan empehan lembu putih.


.

Ngayah, Besakih 8-9 Maret 2009

Ribuan orang Ngayah ke Besakih. BPD Bali Mapunia 75 Juta
Seperti pernah saya tulis, pengayah yang datang ke Besakih kian hari makin meningkat, demikian pula dengan punia dari umat Hindu. Sejak upacara Nuwasen Karya dan Nunas Tirta Panglukatan lan Pamarisudha, 25 Februari 2009 yang lalu, rata-rata 250 – 500 orang tiap hari datang ke Besakih untuk ngaturang ayah. Jumlah pengayah membengkak berlipat saat akhir minggu pada hari Jumat hingga Minggu, silih berganti datang sejak pagi hingga menjelang malam. Hari Minggu tanggal 8 Maret 2009, misalnya, tercatat yang mendaftarkan ke Panitia Karya mencapai angka 2.750 orang dan yang hadir bahkan melebihi jumlah tersebut (rekap Panitia mencatat angka lebih 3.400 orang).
Selain mengerjakan persiapan upakara/sajen di Suci dan Pura Penataran Agung Besakih, sebagian pengayah disebar ke pura pakideh di kawasan Pura Agung Besakih. Sebagian pengayah (yang memiliki kemampuan sebagai tukang bangunan) diarahkan untuk mengerjakan bangunan di Genah Tawur. Penyelesaian bangunan ini harus secepat mungkin (tanggal 11 Maret 2009) karena pada Kamis 12 Maret 2009 akan dilakukan pemasangan atribut bangunan(ngunggahang busana wewangunan) dan Jumat 13 Maret 2009 nanti akan dilangsungkan upacara Bumisudha dan Pamarisudha Genah Tawur. Hari ini, 9 Maret 2009 tercatat sekitar 2700 orang pengayah dari berbagai kelompok hadir ke Besakih membantu pekerjaan persiapan upacara.
Menurut catatan Panitia Karya, dana punia berupa uang tunai yang terkumpul - khususnya dari umat yang ngaturang ayah ke Besakih - sejak tanggal 24 Februari hingga 8 Maret 2009 mencapai Rp. 98.260.000,- Hingga kemarin 8 Maret 2009, sumbangan (aturan) berupa bahan-bahan upacara amat banyak yang diperkirakan melebihi nilai sumbangan uang. Sumbangan tersebut belum termasuk sumbangan bahan-bahan (busana dan wewalungan) yang disalurkan melalui Kelompok Media Bali Post.
Siang tadi, 9 Maret 2009, pimpinan dan karyawan Bank Pembangunan Daerah Bali sebanyak 300 orang sejak pagi ngaturang ayah dan menutupnya dengan ngaturang punia sejumlah Rp. 75.000.000,-. Sumbangan diserahkan langsung oleh Dirut BPD Bali didampingi para direktur yang diterima oleh Bendesa Desa Pakraman Besakih yang juga Ketua Panitia Pelaksana Karya Agung Panca Bali Krama lan Bhatara Turun Kabeh Pura Agung Beskaih 2009.
.
Foto 1: Sebagian pengayah sedang mengerjakan bangunan / wewangunan Tawur di Bancingah Agung Pura Agung Besakih.
Foto 2: Pengayah membantu mengerjakan sarana upakara di Suci Pura Agung Beskaih.
Foto 3: Dirut BPD didampingi para direktur siang tadi 9 Maret 2009 menyerahkan punia uang tunai sejumlah 75 juta yang diterima oleh Bendesa Dwesa Adat Besakih di Sekretarian Panitia Karya.
.