Upacara 9 - Mapepada, 24 Maret 2009.
Hari Selasa, 24 Maret 2009 dilaksanakan upacara "Mapepada" yang dilaksanakan dengan tatacara mengiringkan beberapa jenis binatang mengelilingi Mandala Tiga Pura Penataran Agung Besakih pada arah berlawanan jarum jam (presawya) sebanyak tiga kali yang secara filosofids diartikan sebagai satu prosesi untuk memohon kehadapan Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk berkenan memberikan berkah dan anugerah kepada binatang yang dipergunakan dalam rangakaian upacara Karya Agung Panca Bali Krama. Lahir kembali pada lingkungan kehidupan yang lebih baik (reinkarnasi) bagi binatang - binatang tersebut dimasa mendatang merupakan salah satu permohonan dan harapan yang dituju dalam prosesi Mapepada. Binatang yang disertakan dalam prosesi Mapepada ini antara lain, kerbau, sapi, kambing, babi besar dan kecil yang belum dikebiri, anjing warna merah, dan ayam.
Usai upacara Mapepada, binatang-binatang tersebut disembelih di perantenan Pura Agung Besakih dan beberapa bagian digunakan sebagai pelengkap sesajen. Sore hari dilakukan kegiatan Nyoroh Banten atau menata sesajen untuk persembahan Tawur pada keesokan harinya. Kegiatan Nyoroh Banten ini diakhiri dengan ritual Puja Pamemben pada malam hari yang bermakna pernyataan bahwa seluruh upakara/sesajen telah dipersiapkan dan ditata secara lengkap. Upacara Puja Pamemben ini dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Griya Sibetan, Karangasem.
Hari Selasa, 24 Maret 2009 dilaksanakan upacara "Mapepada" yang dilaksanakan dengan tatacara mengiringkan beberapa jenis binatang mengelilingi Mandala Tiga Pura Penataran Agung Besakih pada arah berlawanan jarum jam (presawya) sebanyak tiga kali yang secara filosofids diartikan sebagai satu prosesi untuk memohon kehadapan Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk berkenan memberikan berkah dan anugerah kepada binatang yang dipergunakan dalam rangakaian upacara Karya Agung Panca Bali Krama. Lahir kembali pada lingkungan kehidupan yang lebih baik (reinkarnasi) bagi binatang - binatang tersebut dimasa mendatang merupakan salah satu permohonan dan harapan yang dituju dalam prosesi Mapepada. Binatang yang disertakan dalam prosesi Mapepada ini antara lain, kerbau, sapi, kambing, babi besar dan kecil yang belum dikebiri, anjing warna merah, dan ayam.
Usai upacara Mapepada, binatang-binatang tersebut disembelih di perantenan Pura Agung Besakih dan beberapa bagian digunakan sebagai pelengkap sesajen. Sore hari dilakukan kegiatan Nyoroh Banten atau menata sesajen untuk persembahan Tawur pada keesokan harinya. Kegiatan Nyoroh Banten ini diakhiri dengan ritual Puja Pamemben pada malam hari yang bermakna pernyataan bahwa seluruh upakara/sesajen telah dipersiapkan dan ditata secara lengkap. Upacara Puja Pamemben ini dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Pasuruan dari Griya Sibetan, Karangasem.
.
Foto 1:
Beberapa jenis binatang yang dipergunakan dalam upacara Tawur agung Panca Bali Krama sesaat sebelum melakukan ritual presawya atau berkeliling berlawanan arah jarum jam di sekeliling Mandala 3 Pura Penataran agung Besakih.
Iring-iringan Pepada saat mengelilingi Mandala 3 Pura Penataran Agung Besakih di sisi timur.
Foto 3:
Ida Pedanda Istri dibantu oleh para pengayah sedang nyoroh banten di Sanggar Tawang di natar Mandala 3 Pura Penataran Agung Besakih.
Foto 4:
Suasana di Bancingah Agung Pura Agung Besakih (genah tawur) menjelang puncak karya Tawur Agung Panca Bali Krama. Tampak upakara Sarad dan Gayah masing-masing setinggi 7 meter telah berdiri tegak di depan Genah Tawur. Di depan Sarad dan Gayah, tampak Salaran, wujud Barong terbuat dari hasil bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar